Jumat, 30 Mei 2014

Alih Fungsi Hutan Ancam Anggrek Spesies Kalteng

Petak Malai - Berada di tengah-tengah pulau Kalimantan, Kalteng memiliki hutan tropis yang menyimpan kekayaan alam flora dan fauna yang benar-benar luar biasa. Berdasarkan Perda No : 8/2003 luas hutan di Kalteng mencapai 10.294.853,52 hektar atau 64 persen dari luas keseluruhan Kalteng yang terdiri atas hutan konservasi seluas 1.848.485,60 hektar, hutan lindung 766.392,06 hektar, hutan produksi 8.038.792,02 hektar, dan hutan penelitian serta pendidikan 5.003,80 hektar.
Anggrek spesies Kalteng
Arundina sp

Ironisnya, dari total luas yang ada, sekitar  5.715.022,21 hektar keadaannya kritis. Kegiatan alih fungsi hutan baik berupa aktifitas pertambangan, perkebunan dan logging adalah beberapa diantara penyebabnya selain kebakaran hutan. Keadaan ini tentu saja berdampak buruk bagi kelangsungan kehidupan berbagai spesies flora dan fauna yang ada di dalamnya, tak terkecuali anggrek alam.

Anggrek adalah salah satu kelompok tumbuhan yang masuk kedalam famili Orchidaceae. Hingga saat ini belum ada data pasti jumlah jenis anggrek yang ada di Indonesia, namun menurut Gunadi (1986), di perkirakan ada sekitar 5000 jenis anggrek yang tersebar di wilayah Indonesia, terutama di pulau Kalimantan, Sumatra dan Irian Jaya.

Secara umum, anggrek berdasarkan habitatnya di bagi menjadi 4 golongan, yang pertama adalah anggrek epifit yaitu anggrek yang hidup dengan menempel pada pohon inang namun tidak bersifat parasit. Anggrek kelompok ini adalah yang terbanyak hidup di hutan-hutan tropis di Indonesia. Kelompok kedua adalah anggrek tanah atau terrestrial, jenis anggrek ini tumbuh di tanah yang umumnya terbuka. Kelompok ketiga adalah anggrek saprofit (tumbuh di media yang banyak mengandung humus atau serasah), biasanya tumbuh di lantai hutan dimana banyak mengandung humus dan sisa-sisa daunan yang lapuk. Terakhir anggrek litofit, anggrek ini tumbuh di bebatuan atau tanah berbatu, biasanya di tempat terbuka.

Di bebarapa daerah seperti Malaysia, Thailand, Taiwan bahkan Singapura, anggrek telah menjadi sumber devisa penting. Sayangnya di Indonesia upaya pengembangan potensi anggrek belum optimal bahkan hingga saat ini, Indonesia masih sering mengimpor bibit anggrek hibrid dari negri jiran padahal Indonesia diyakini sebagai negara kedua dengan kekayaan anggrek spesies terbesar di dunia setelah Brazil.

Lajunya kerusakan hutan di kalteng berbanding lurus dengan punahnya ragam anggrek spesies atau anggrek alam yang ada. Sudah saatnya pemerintah daerah beserta instansi terkait memikirkan aset bangsa yang kini keberadaannya semakin terancam. Upaya penyelamatan dan konservasi anggrek khususnya di sekitar kawasan alih fungsi hutan hendaknya menjadi fokus utama agar predikat kalteng sebagai salah satu "rumah anggrek spesies" Kalimantan tidak hanya tinggal cerita.

0 komentar:

Posting Komentar

Kritik, Saran dan Pertanyaan Silahkan Kirimkan Melalui Komentar. Akan Tampil Setelah di Setujui !